Keyakinan Muslim Terhadap Isa Putra Maryam a.s.
Pertanyaan: Apakah Nabi Isa a.s. masih hidup atau sudah wafat menurut pandangan al-Qur`an yang mulia dan sunnah yang suci?
Jawaban: Menurut pendapat Ahlussunnah wal Jama'ah bahwa Nabi Isa a.s. masih hidup dan Allah S.W.T. telah mengangkatnya ke langit, dan nanti akan turun di akhir zaman sebagai pemimpin yang memutuskan hukum dengan syari'at Nabi kita Muhammad S.A.W. dan berdakwah kepada kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W.. Hal itu berdasarkan nash-nash al-Qur`an dan hadits-hadits yang shahih. Firman Allah S.W.T. -tentang kebohongan kaum Yahudi dan bantahan atasnya-:
Dan karena ucapan mereka:"Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. * Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. an-Nisaa`:157-158)
Allah S.W.T. mengingkari pengakuan kaum yahudi yang mengira bahwa mereka telah membunuh atau menyalibnya, dan mengabarkan bahwa Dia telah mengangkatnya kepada-Nya sebagai kasih sayang kepadanya dan kemuliaan untuknya. Dan Dia menjadikan hal itu sebagai salah satu tanda kebesaran-Nya yang diberikan kepada yang dikehendaki-Nya dari para rasul-Nya. Alangkah banyaknya tanda-tanda kebesaran Allah S.W.T. pada Isa putra Maryam a.s. pertama dan akhir. Dan tuntutan idhraab (berpindah) dalam firman Allah S.W.T. (Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.) bahwa Allah S.W.T. telah mengangkat Isa a.s. badan dan roh hingga terealisasi bantahan terhadap sangkaan kaum yahudi bahwa mereka telah membunuh atau menyalibnya, karena membunuh dan menyalib pada dasarnya adalah untuk badan, dan karena roh diangkat tidak menafikan pengakuan mereka telah menyalib dan membunuhnya, maka hanya mengangkat rohnya saja bukan merupakan bantahan terhadap mereka. Dan karena hal itu merupakan tuntutan kesempurnaan kemuliaan, kekuatan, dan pertolongan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari para rasul-Nya menurut yang disebutkan di akhir ayat: (Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.)
Dan firman Allah S.W.T.:
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS. an-Nisa`:159)
Allah S.W.T. mengabarkan bahwa semua Ahli Kitab akan beriman kepada Isa a.s. sebelum wafatnya dan hal itu terjadi saat ia turun di akhir zaman sebagai penguasa yang adil lagi mengajak kepada Islam, seperti yang akan datang penjelasannya di hadits turunnya Isa a.s. Inilah pengertian yang nyata, karena susunan kata (kalam) adalah untuk menjelaskan pendirian kaum yahudi terhadap Isa a.s. dan perbuatan mereka terhadapnya, dan untuk menjelaskan sunnah Allah S.W.T. dalam menyelamatkannya dan menolak tipu daya musuh-musuh-Nya. Maka nyatalah kembalinya dua dhamir (kata ganti) yang majrur kepada Isa a.s. untuk menjaga susunan kata dan untuk menyatukan tempat kembali kedua dhamir tersebut. Dan diriwayatkan dalam hadits shahih dari Abu Hurairah, bahwa Nabi S.A.W. bersabda:
(( وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا, فَيَكْسِرُ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ وَيَفِيْضُ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلُهُ أَحَدٌ ))
"Demi Allah S.W.T. yang diriku berada di tangan-Nya, sudah hampir waktunya bahwa Ibnu Maryam r.a. turun padamu sebagai penguasa yang adil, mematahkan salib, membunuh babi, meletakkan pajak, dan harta melimpah hingga tidak ada seseorang yang menerimanya.' Abu Hurairah berkata: "Bacalah jika kamu menghendaki:
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (QS. an-Nisa`:159)[1]
Dan dalam riwayat darinya, dari Nabi S.A.W:
(( كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ فِيْكُمْ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ ))
"Bagaimanakah kamu apabila Isa putra Maryam a.s. turun padamu dan pemimpin kamu dari golonganmu."[2]
Dan disebutkan dalam hadits yang shahih pula, bahwa Jabir bin Abdullah t mendengar Nabi S.A.W. bersabda:
(( لاَتَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَقَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ, صَلِّ مَعَنَا, فَيَقُوْلُ: لاَ, إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ, تَكْرِمَةَ اللهِ هذِهِ اْلأُمَّةِ ))
"Senantiasa segolongan dari umatku berperang di atas kebenaran, tetap nampak (menang) hingga hari kiamat.' Beliau bersabda: 'Maka turunlah Isa putra Maryam a.s., maka pemimpin mereka berkata: 'Kemarilah, shalat untuk kami (menjadi imam).' Ia (Isa u) menjawab: 'Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah amir (pemimpin) terhadap yang lain', sebagai penghormatan Allah Y terhadap umat ini."[3]
Hadits-hadits ini menunjukkan turunnya Isa a.s. di akhir zaman, ia mengikuti syari'at nabi kita Muhammad S.A.W., dan sesungguhnya imam umat ini di dalam shalat dan lainnya pada saat turunnya Nabi Isa a.s. adalah dari umat ini. Atas dasar itulah, tidak ada kontradiksi di antara turunnya dan penutup kenabian dengan nabi kita Muhammad S.A.W. di mana Nabi Isa A.S. tidak datang dengan risalah yang baru. Hanya milik Allah S.W.T. keputusan pertama dan terakhir, Dia S.W.T. melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa yang Dia inginkan, tidak ada yang berhak mengkritik hukum-Nya. Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Barangsiapa yang mengira bahwa Isa A.S. telah disalib atau dibunuh maka dia kafir karena menyelisihi al-Qur`an dan hadits-hadits dari Nabi S.A.W.. Dan siapa yang berkata dari umat Islam: Sesungguhnya Allah S.W.T. telah mematikan Isa a.s. secara wajar, kemudian mengangkatnya kepada-Nya saat kaum Yahudi hampir menyalib dan membunuhnya, berarti ia menyendiri keluar dari jama'ah kaum muslimin dan tersesat dari jalan yang lurus, karena ia menyelisihi nash-nash al-Qur`an dan sunnah shahih dari Nabi S.A.W. Yang menyebabkan mereka berpendapat seperti ini adalah pemahaman mereka yang keliru terhadap firman Allah S.W.T.:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman:"Hai 'Isa, sesungguhnya Aku mengambilmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, …". (QS. Ali Imran:55)
Dimana fawaffi ditafsirkan sebagai wafat, maka hal itu menyalahi riwayat shahih dari salaf yang menafsirkan dengan: Allah Y mengambilnya dari bumi dan mengangkatnya kepada-Nya dalam kondisi masih hidup dan membersihkannya dengan hal itu dari orang-orang kafir, sebagai penggabungan di antara nash-nash al-Qur`an dan sunnah yang shahih yang menyatakan diangkatnya dalam kondisi masih hidup dan turunnya di akhir zaman, serta berimannya semua ahli kitab dan selain mereka kepadanya. Dan riwayat dari Ibnu Abbas rahimahullah yang menafsirkan tawaffi di sini dengan wafat adalah riwayat yang tidak shahih karena terputus sanadnya, karena ia dari riwayat Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas rahimahullah. Ali tidak pernah mendengar darinya dan tidak pula melihatnya, namun ia meriwayatkan darinya lewat perantara. Dan tidak benar pula yang diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih al-Yamani yang menafsirkan tawaffi dengan wafat, karena itu dari riwayat Ibnu Ishaq dari orang yang tidak tertuduh, dari Wahb. Maka padanya adalah 'an'anah Ibnu Ishaq sedang dia seorang mudallis dan padanya ada yang majhul (tidak diketahui). Kemudian penafsiran ini tidak lebih dari kondisinya sebagai salah satu kemungkinan makna tawaffi. Maka sungguh telah ditafsirkan bahwa Allah S.W.T. mengambil badan dan ruhnya dari bumi dan mengangkatnya kepada-Nya dalam kondisi hidup. Dan ditafsirkan bahwa Dia menidurkannya kemudian mengangkatnya. Dan Dia akan mematikannya setelah mengangkatnya dan menurunkannya di akhir zaman, karena huruf waw (و) tidak menuntut harus berurutan, namun menuntut penggabungan dua perkara baginya saja. Apabila ada perbedaan pendapat dalam makna ayat, maka harus kembali kepada pendapat yang sesuai dhahir dalil-dalil yang lain, karena menggabungkan di antara semua dalil dan mengembalikan yang mutasyabih darinya kepada yang muhkam. Seperti perkara orang-orang yang rasikh (kokoh) dalam ilmu, bukan orang-orang sesat yang mengikuti ayat yang mutasyabih karena mencari fitnah dan mencari ta'wilnya.
Demikian pula perbedaan pendapat mereka dalam menafsirkan firman Allah S.W.T.:
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (QS. an-Nisa`:159) [4]
Maka harus kembali padanya kepada makna yang sesuai bersama susunan kalimat dan yang shahih dari hadits-hadits turunnya Isa u di akhir zaman dan berimannya semua ahli kitab dan selain mereka dengannya, karena menggabungkan di antara semua dalil dan menjaga tujuan yang berbicara dari ucapannya.
Barangsiapa yang memperhatikan ayat-ayat ini terlepas dari kalimat sebelumnya, dari tujuan yang dihaturkan baginya, dari dalil-dalil lain yang datang dalam pembahasan yang sama, dan menta'wilkannya atas makna: 'Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali beriman kepada Allah S.W.T. atau kepada Isa a.s. sebelum wafatnya, maksudnya ahli kitab- maka sungguhnya menyalahi dzahir ayat dan susunan kalimat serta yang terdapat dalam dalil-dalil dalam perkara Isa a.s.. Dan hal itu termasuk orang yang mengikuti yang mutasyabih dari ayat dan tidak mengembalikannya kepada yang muhkam, karena mencari fitnah dan mencari ta'wilnya. Maka ia pantas mendapatkan ancaman (ultimatum) yaitu terhadap orang yang di hatinya ada kesesatan, firman Allah S.W.T.:
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran:7)
Kemudian, sesungguhnya orang yang berpendapat bahwa Allah Y mewafatkan Isa a.s. saat kaum yahudi hampir (melakukan keinginan mereka), bisa jadi ia mengakui turunnya Isa di akhir zaman karena mengamalkan hadits-hadits shahih tentang hal itu, dan bisa jadi ia mengingkari turunnya. Bila ia mengakui turunnya, konsekuensinya ia menetapkan bagi nabi Isa a.s. wafat, kemudian hidup di dunia, kemudian wafat saat tipu daya dan diangkat, kemudian hidup lagi, kemudian wafat setelah turun (ke dunia), kemudian hidup saat dibangkitkan. Dan ini berarti menyalahi firman Allah S.W.T.:
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan. (QS. Al-Baqarah :28)
Dan firman Allah S.W.T.:
Mereka menjawab:"Ya Rabb kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami.Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)" (QS. Ghafir:11)
Dan jika ia mengingkari turunnya setelah diangkat, berarti ia menolak hadits-hadits shahih yang diterima oleh para ulama umat Islam yang bersaksi dengan persaksian yang tegas dengan turunnya dan dakwahnya kepada kebenaran, ia memutuskan hukum dengannya, membunuh babi, memataskan salib dll, yang menetapkan kondisinya setelah turunnya. Kedua kemungkinan itu tidak ada tempat berlepas darinya kecuali mengikuti pendapat Ahlussunnah wal Jama'ah bahwa Allah S.W.T. menyelamatkan Isa a.s. dari tipu daya kaum yahudi dan Dia S.W.T. mengangkat badan dan ruhnya, dan menurunkannya di akhir zaman sebagai penegak hukum yang adil.
Wabillahit taufiq. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Fatawa Lajnah Daimah untuk riset ilmu dan fatwa 3/211-212.
[1] Al-Bukhari 3448 dan Muslim 155 [2] Al-Bukhari 3449 dan Muslim 155.
[3] Muslim 156.
[4] Al-Bukhari 3448 dan Muslim 155
sumber: http://indonesian.iloveallaah.com/keyakinan-muslim-terhadap-isa-putra-maryam-a-s/
Label: Education
0 Komentar:
Posting Komentar
Ketikkan saran dan komentar anda. Walaupun singkat tetapi saran dan komentar yang anda berikan sangat berarti buat blog ini. Silahkan beri Komentar anda dengan mengisi boxs dibawah ini. Jika tidak mempunyai Akun, pilih ANONIM/ANONYMOUS. Terima Kasih Banyak Telah Mengunjungi Blog ini.
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda